Bahagia Menjadi Ibu Dengan Semangat Baru

Bagaimana sih rasanya kalau kita merasa full teori tapi lemah praktek?
Kutatap dua wajah mungil yang sedang tertidur pulas itu. Kasihan sekali mereka, tak mendapatkan aku yang seutuhnya sebagaimana dulu yang penuh dengan semangat dan idealisme. Lihat, bukalah foto-fotoku atau bertanyalah pada teman-temanku bagaimana aku dahulu.

Si sulung dibesarkan dalam atmosfir perjuangan. Sejak hamil, telah kubawa dia mengisi kajian-kajian di radio. Saat bayi merah, telah kubawa dia menembus hujan gerimis menuju tempat Majlis Taklim yang diamanahkan kepadaku. Dan saat dia mulai bisa berjalan, ku ajak dia masyiroh, berjalan kaki ke Ibu Kota.

Lalu bagaimana dengan kedua adiknya ini? Mereka lahir dengan sangat spesial.

Berjarak kurang lebih enam tahun dari kakaknya, anak kedua lahir. Saya terkena masitis yang sangat parah sehingga harus menjalani operasi, sebulan setelah saya melahirkan. Hanya tekad yang kuat dan keinginan memberi yang terbaik untuk sang buah hati yang membuat saya tetap melanjutkan proses penyusuannya hingga dua tahun. Tepat saat masa penyapihan berakhir, saya hamil kembali.

Anak Ketiga Lahir

Masitis yang sempat menimpa saya ternyata belum sepenuhnya pulih. Saat saya mengandung anak ketiga, di usia kehamilan delapan bulan saya kembali menjalani operasi, pengangkatan massa payudara yang terkena infeksi.

Dan ternyata night mare belum berakhir, sebulan setelah melahirkan, penyakit itu muncul kembali. Dari hasil Laboratorium saya didiagnosa terkena TB Masitis dan harus menjalani pengobatan selama 10 bulan. Alhamdulillah semua dilalui dengan tetap memberikan ASI dengan sebelah payudara hingga genap masa penyusuan.

Aku Tak Lagi Sama

Emosiku turun naik. Sejak kehamilan ketiga, aku tak lagi mengajar TPA. Hari-hariku hanya berjibaku dengan urusan domestik, dan merawat ketiga buah hati yang semuanya laki-laki. Sakit, tanpa asisten, dan tinggal di perantauan jauh dari keluarga.

Ada hari-hari, saat anak-anak bertengkar dan menangis saya ikut menangis. Ada malam-malam, saat semua terlelap, saya yang sedang demam tinggi karena masitis,  tetap terjaga untuk menyusui. Dan ada saat, dimana saya membersihkan tumpahan susu di lantai dengan air mata yang ikut tertumpah juga.

Menguap sudah semua teori tentang pendidikan anak usia dini. Sudah kulupakan materi Home schooling berbasis aqidah yang pelatihannya kuikuti secara penuh. Aku hanya menjalani hari-hariku, pagi, siang, sore, malam dengan kegiatan itu-itu saja. Merasa tidak punya tenaga bahkan hanya untuk mengajari mereka membaca alif, ba, ta, tsa.

Aku jenuh, bosan, dan merasa tak seutuhnya bahagia. Aku merasa kehilangan sesuatu yang berharga. Bagaimana mengharu birunya hatiku, teman-teman bisa membacanya di sini.

Mengenal Institut Ibu Profesional

Awal tahun 2017 saya mengenal IIP, lewat postingan seorang teman di dunia maya. Saya kemudian mencari tahu siapa pendirinya dan bagaimana buah pemikirannya.

Saya mengenal Ibu Septi dari berbagai ulasan di blog-blog, dan sempat takjub saat seorang teman membawakan buku Jarimatika Al Quran yang ditulis Ibu Septi. Pertengahan tahun 2017 saya putuskan untuk ikut pendaftaran kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional.

Quotes Khas Ibu Profesional

Saya ingin berubah. Saya ingin bangkit dari keterpurukan dan bersemangat kembali. Saya ingin belajar untuk menjadi ibu terbaik untuk anak-anak saya.

Ibu yang bahagia akan melahirkan anak-anak yang bahagia, satu quotes yang sangat mujarab untukku.
Rezeki itu pasti, kemuliaan yang harus dicari, quotes berikutnya yang berhasil menyihirku.
Bersungguh-sungguhlah kau di dalam niscaya kau akan keluar dengan kesungguhan itu, quotes yang benar-benar membuatku bertekad untuk setia menjalani proses mendidik dan merawat anak-anakku selama ini. Ibarat kepompong, aku sabar menanti anak-anakku menjadi kupu-kupu.

I'm On My Way

Yes, saat Matrikulasi aku ditempa untuk lebih mengenal diri sendiri. Menemukan  passion dan cara agar bisa bahagia.

Di kelas Bunda Sayang ini kita diarahkan untuk benar-benar fokus terhadap perkembangan anak-anak. Tugas-tugas yang diberikan mau tak mau menuntut kita agar dinamis mempraktekan program-program terbaik untuk anak-anak.

Ibarat pipa, inilah saluran atas semua teori yang kudapatkan dulu yang biasanya mentah hanya sebatas kertas. Perlahan aku mulai bisa mengontrol emosi, aku mulai bisa berkomunikasi lebih efektif dengan anak-anakku.

Kandang waktu membuatku tak merasa lagi dikejar rutinitas harian. Aku mulai mencari tahu bagaimana agar mereka bisa membantuku. Aku belajar mengamati bagaimana cara mereka belajar, agar aku bisa menstimulusnya dengan maksimal.

Lihatlah anak keduaku yang sudah lancar membaca English dan Indonesia di kelas satu. Dan si bungsu yang senang sekali menggambar. Mereka telah mempunya tugas masing-masing di rumah, Al si Jenderal Sampah dan H Pengumpul Harta Karun (mainan).

Komunikasi produktif juga sangat berguna saat saya berbicara dengan anak sulung saya yang sudah menginjak masa remaja. Mempraktekan seni tarik ulur yang luar biasa agar dia tetap nyaman bercerita dan kita bisa menasehatinya dengan cara yang dia suka.

Lalu bagaimana dengan suami? Sepertinya beliau semakin cinta.

Bergabung Menjadi Pengurus IP Asia

Keinginan untuk aktualisasi diri dan semangat untuk bermanfaat bagi orang lain, membuat saya memberanikan diri bergabung dengan tim Sejuta Cinta IP Asia. Bertemu dan bekerjasama dengan Ibu-ibu hebat dari berbagai negara. Banyak ilmu yang saya dapat dan banyak pelajaran hidup yang saya peroleh di sini. Saya bangga menjadi bagian dari mereka.

Lewat tulisan ini izinkan saya untuk mengucapkan Selamat ulang tahun IP Asia, semoga selalu menginspirasi. IP Asia nurturing Family.













Komentar

  1. Kk Getaaa...aku terharu bacanya..aku suka bgt tulisan2 kk Geta. Sederhana tapi syarat makna bangeet. Perjuangannya kk Geta yg melawan Masitis, semoga Allah mengantinya dengan berlipat2 pahala dan Ridho.. amiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maa syaa Allah makasih kk, Aamiin Allahumma Aamiin. Doa yang sama untuk kk Nisa sekeluarga. Makasih udah mampir ya...

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer