Teman Rasa Saudara

Itu yang saya rasakan selama sebelas tahun di perantauan. Teman-teman sudah seperti keluarga sendiri. Tempat untuk curhat dan bersenda gurau. Saling membantu dan  menyayangi tanpa pamrih.

Layaknya adik kakak, masalah terkadang ada. Tapi pasti karena kesalahpahaman. Karena sebagai saudara, saya percaya bahwa kita pasti saling cinta. Tak mungkin menyakiti dengan sengaja.

Apa yang di sampaikan dari hati akan diterima oleh hati. Jika kita tulus, In syaa Allah siapapun akan merasakannya.

Kebaikan kalian tak bisa diungkapkan kata. Kalianlah sesungguhnya keluarga dekat saya.
Kalianlah yang selalu membantu disaat susah dan ikut senang saat bahagia. Kita bisa tertawa-tawa meskipun dalam WA.

Rasulullah mengajarkan untuk mengungkapkan kata cinta pada saudara. Dan kali ini izinkalah saya untuk menyampaikanya, bahwa saya mencintai kalian karena Allah. Tolong dimaafkan jika ada salah dan khilaf, karena sebagai manusia sayapun bukan tanpa cela.

Saya jadi teringat pada siroh, sesaat setelah hijrah dan sampai di Madinah, Rasulullah langsung mempersaudarakan Anshar dan Muhajirin.
Rasulullah mempersaudarakan Ja’far bin Abu Thalib dengan Mu’adz bin Jabal, Hamzah bin Abdul Muththalib dengan Zaid bin Haritsah, Abu Bakar ash-Shiddiq dengan Kharijah bin Zuhair, Umar bin al-Khaththab dengan Utbah bin Malik, dan Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin ar-Rabi’.

Saya percaya, Allah Yang Maha Kuasa menggerakkan hati kita untuk saling menyayangi layaknya saudara. Uhibbukunna fillah.

“Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lainnya. Tidak boleh mendhaliminya dan tidak boleh pula menyerahkan kepada orang yang hendak menyakitinya. Barangsiapa yang memperhatikan kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesulitan seorang muslim, niscaya Allah akan melapangkan kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi kesalahannya kelak di hari kiamat”

HR. Bukhari no. 2442, Muslim no. 2580, Ahmad no. 5646, Abu Dawud no. 4893, at-Tirmidzi no. 1426 ; dari Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma.



Komentar

Postingan Populer