Srikandi Pencuri Hati 
(Last Part)

"Jadi bagaimana Srikandi, bersediakah kau menikah dengannya?" Tanya tetua kampung padanya.
Srikandi semakin tertunduk, dirinya merasa malu sekali dikerumuni banyak orang. Terlebih di depan sana pemuda tambatan hatinya ikut menatap. Sudah sejak tadi kedua jari tangannya ia mainkan, keningnya berkeringat, jantungnya berdetak lebih kencang karena senang sekaligus malu yang luar biasa.

"Srikandi, bagaimana nak, bersediakan kau menikah dengannya?". Sekali lagi tetua kampung mengulang pertanyaannya. Srikandi merasa suaranya hilang, tercekat di kerongkongan. Ia hanya bisa mengangguk perlahan. Ah, rasanya ia mendengar helaan nafas lega di sebrang sana, sesaat sebelum akhirnya teriakan hamdalah dari tetua kampung menggema di pertemuan itu, disusul teriakan yang sama dari semua orang yang ada di dalam ruangan.

Ya, bagaimana mungkin ia akan menolak, jika sejak belasan tahun lalu, pemuda itu telah menjadi pahlawan di hatinya. Masih teringat jelas dalam ingatannya, dia yang sedang duduk-duduk di pematang sawah, menunggui neneknya yang tengah memetik eceng gondok tiba-tiba berteriak kesakitan karena digigit ular. Entah darimana datangnya, seorang pemuda tanggung dengan gesit membopongnya lari ke puskesmas. Salam namanya. Dan sejak saat itu ia  jatuh cinta, pada orang yang sama, yang tengah memandangnya di sebrang sana.

-

Kemenangan telah dituliskan. Islam akan kembali jaya meski banyak yang tak suka. Allah hanya ingin melihat kita berjuang untuk meraihnya. Allah Yang Maha Penyayang memberikan kita kesempatan untuk menabung pahala dan mendapatkan ridhoNya. Maka berjuanglah, jadilah pelaku bukan penonton. Karena jika kita tak ambil peran, ada banyak orang yang berlomba untuk menggantikannya.

The End.

-

Komentar

Postingan Populer