API DI RUMAH HIJAU

Ramai tentang pemadaman listrik, saya jadi teringat satu peristiwa di rumah hijau kami. Waktu itu sekitar tahun 2012, setelah satu setengah tahun pengerjaan, akhirnya rumah hijau kami bisa di tempati.
-
Kenapa dinamakan rumah hijau ? Karena cat rumah bagian luarnya di dominasi warna hijau. Begitu juga sebagian ruangannya. Sisi kanan, kiri, depan, dan belakang rumah merupakan pesawahan yang berwarna hijau, bak permadani yang dihamparkan, yang berubah jadi kuning keemasan saat musim panen tiba.
-
Di daerah kami, sering terjadi pemadaman listrik. Hujan gerimis saja sudah menjadi alasan padamnya listrik beberapa saat. Jika tak hujan tapi tiba-tiba padam, maka bisa jadi karena kabel listrik terjerat tali layang-layang.
-
Seperti saat itu, kami baru saja akan menyantap hidangan berbuka puasa ketika tiba-tiba listrik mati. Dengan cahaya HP, saya mencari lilin. Ketemulah lilin aroma terapi di dalam gelas kaca kecil. Kamipun berbuka puasa ala-ala candle light dinner. Alhamdulillah lampu menyala saat berkumandang adzan Isya.
-
Setelah shalat tarawih, anak-anak yang biasa tidur di bawah, minta tidur di lantai atas, akhirnya kamipun beristirahat.
-
Sekitar tengah malam, hidung saya mencium bau gosong. Kaget. Langsung terbangun. Saya cek HP yang sedang di charge. Saklar-saklar lain. Tak ada apa-apa. Bau ini bukan berasal dari sana. Secepat kilat saya buka pintu kamar, dan benar-benar terperanjat melihat api di ruang keluarga yang membumbung tinggi hampir setara lantai mazanin ini. Rupanya kami lupa mematikan lilin aroma terapi tadi, mungkin karena panas, gelas kecilnya pecah dan api langsung melahap toples-toples plastik yang ada di sekelilingnya.
-
Gemetar tangan dan kaki saya, sesaat terkesima dan tak bisa bergerak. Tapi kemudian saya tersadar dan memanggil adik saya yang tidur di kamar sebelah.
"Aci ... kebakaran Ci ... bangun ... kebakaran !" Saya gedor pintu kamarnya, adik saya langsung terbangun dan kaget melihat api.
"Ya Allah gimana Kak ini ...?" tanya adik saya panik.
"Ayo kita ke bawah, kita siram pake air dari kamar mandi bawah!".
Untungnya kamar mandi ada di samping ruang keluarga. Dengan memakai ember, kami siramkan air sebanyak-banyaknya ke api yang menyala hingga akhirnya padam.
-
Lemas lunglai kami setelahnya. Kalau kata orang sunda 'reuwas kareureuhnakeun' atau kaget setelahnya. Tak ada yang bisa tidur lagi. Tanggung, kami menunggu waktu sahur tiba. Tapi tak ada yang berani menyalakan kompor untuk menghangatkan makanan. Kami masih trauma. Akhirnya kami menelepon mamah bapak, yang rumahnya tak jauh dari situ.
-
Alhamdulillah Allah masih melindungi kami saat itu. Alhamdulillah Allah bangunkan saya, dan menyelamatkan kami. Alhamdulillah, api tak sampai merambat ke gorden rumah. Dan Alhamdulillah ruang keluarga ini mempunyai void atau ruang terbuka sampai atas, hingga meski api cukup tinggi, tapi tak sampai mencapai plafon. Hati saya terus berucap ribuan syukur.
-
Saat itu tiba-tiba saya teringat pada satu hal. Shadaqah. Bisa jadi, karena shadaqahlah musibah ini terhalang dan kami diselamatkan. Maa syaa Allah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.

“Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah.” (HR. Imam Baihaqi).

“Bentengilah diri kalian dari siksa api neraka meskipun dengan separuh buah kurma.” (Muttafaqun ‘alaih).


Komentar

Postingan Populer