Alat Tempur Andalan Di Dapurku
Tema menulis bulan ini tentang peralatan rumah tangga andalan kita. Inilah yang membuat saya beberapa hari ini jadi lebih sering duduk tercenung di dapur. Mengedarkan pandangan ke sekeliling kemudian menghela nafas. Ironis sih, kantor saya ini meski cukup besar tapi jauh dari kata rapi dan bersih.
Bagi saya, dapur adalah ruang kerja utama, tempat saya mengekspresikan diri. Membuat saya merasa berharga dan dicintai. Tempat untuk memasak dan mencoba resep-resep baru.
Curhat
Saya senang memasak tapi kurang suka beres-beres. Rasanya saya tidak mempunyai cukup tenaga dan semangat untuk menjaga dapur agar selalu rapi dan kinclong.
Ada semacam joke dikalangan para bunda, bahwa dapur yang selalu terlihat rapi dan bersih menandakan sang empunya jarang memasak atau membuat camilan untuk keluarga. Dapur hanya untuk pajangan dan sesekali dipakai untuk menghangatkan makanan.
Bagi saya itu lebih merupakan pembenaran. Hiburan untuk diri sendiri. Yang jelas dapur saya setiap hari memang selalu mengepul, namun tidak setiap hari bisa saya rapikan. Hanya sekedarnya saja. Tetapi saya mempunyai beberapa teman yang benar-benar high quality mom, yang rajin memasak dan rajin beres-beres juga. Sangking bersihnya, dapurnya bisa untuk tidur-tiduran. "Keren kan ..."
Microwave Atau Microwife
Memasak memang menyenangkan, tapi mencuci peralatannya kadang mengenekkan. Membuat enek maksudnya. Maka bagi para bunda milenial seperti saya jasa katering satu kali seminggu menjadi angin segar yang sayang kalau dilewatkan. Belum lagi kemudahan untuk pesan makanan secara on line, membuat jadwal memasak bisa dikurangi. "Sekali-kali mamak butuh liburan juga kan ..."
Nah, jika sudah order makanan, di rumah kita tinggal menghangatkannya dengan microwave. "Tring !" Makanan apapun bisa menjadi hangat dan siap untuk disantap dalam sekejap.
"Nak, bekal sekolahnya Pizza yang semalem aja ya ... umi panasin dulu". Semenit kemudian semua sudah siap.
Lain waktu.
"Abi, bekalnya sama bistik daging aja ya, umi angetin dulu".
Praktis dan efisien.
Microwave menjadikan hidup lebih hidup. Lebih mudah tepatnya.
Ini adalah microwave kedua kami selama di perantauan. Gratis, lungsuran dari seorang teman yang pindah ke rumah fully furnished. Sebelumnya, microwave pertama yang sudah rusak, kami beli dari seorang saudara teman yang resign dengan harga sangat murah, Alhamdulillah. Itulah senjata Andalan saya nomer dua. Yang memudahkan pekerjaan rumah.
Sejujurnya, saya tetap senang memasak dan membuat camilan sendiri. Selain karena suka, saya-pun tak ingin menjadi microwife. Yang kerjanya hanya order makanan dan memanaskannya. "Itu istilah rekaan saya aja sih, mohon jangan tersinggung ya ...".
Jadi apa senjata utama andalan saya?
Sejatinya, senjata andalan selalu dibawa kemanapun kita pergi. Jika tak tampak, pasti akan dicari. Tiga buah ulekan ini merupakan senjata andalan bagi saya.
Ulekan yang besar, terbuat dari batu. Saya membelinya di salah satu toko Indonesia di Qatar, selang beberapa bulan sejak kami pindah ke sini pada tahun 2008. Harganya waktu itu tiga puluh lima real atau sekitar seratus tiga puluh tiga ribu rupiah dengan kurs sekarang.
Ulekan batu itu biasa saya gunakan untuk membuat karedok, pecel, atau bumbu-bumbu lain dalam jumlah yang banyak. Sedang untuk membuat sambal yang di hidangkan di atas meja makan, saya memakai dua ulekan kecil yang terbuat dari kayu itu.
Serupa Tapi Tak Sama
Meski terlihat sama, sebetulnya dua ulekan kayu itu berbeda. Yang satu terbuat dari kayu biasa, lebih ringan, tapi sayangnya lama kelamaan bisa aus atau ikut tergerus. Karenanya ulekan itu hanya dipakai untuk menghaluskan sambal yang bahan-bahannya sudah terlebih dulu digoreng atau direbus.
Ulekan satu lagi terbuat dari kayu ruyung, atau kayu dari batang pohon aren, keras dan tahan lapuk. Terus terang inilah favorit saya. Bentuknya cukup kecil sehingga mudah diangkat dan dibersihkan. Teksturnya lebih padat dari kayu biasa sehingga cocok digunakan untuk menghaluskan bahan makanan apa saja.
Makan nasi dengan sambal dan lalapan memang bikin ketagihan. Membuat kita ingin nambah lagi dan lagi. "Benar gak ... ?"
Filosofi Memasak
Bagi saya, memasak adalah seni bagaimana kita bisa mengekspresikan hati. Saat hati senang, masakan kita akan menjadi masakan yang terlezat menurut suami dan anak-anak. Tapi saat hati sedang galau, entah kenapa rasa masakan kita menjadi tak karuan. Pernahkah Bunda mengalaminya ? Ya, saya pernah.
Tips Memasak
Agar hati riang ketika memasak, yuk jadikan waktu memasak menjadi waktu me time kita. Sambil memasak kita bisa sambil mendengarkan apapun yang kita mau. Bisa ditemani murattal, ceramah agama, ataupun musik kesayangan. Sambil berdzikir juga bisa. Apapun yang membuat hati kita senang.
Dengan begitu kita akan menikmati setiap prosesnya. Pekerjaan menjadi terasa ringan, masakan lezat siap terhidang, suami dan anak-anakpun akan senang.
Bunda, sesungguhnya tanpa kita sadari, dengan memasak, kita sedang mengukir memori yang indah dibenak anak-anak kita, dari hari ke hari. Sehingga nanti, saat telah besar dan berkeluarga, mereka tidak hanya kangen masakan kita, tapi juga kangen suasana rumah dan kangen mengunjungi kita.
Bunda, satu hal yang tidak boleh kita lupa bahwa kita memiliki resep rahasia agar masakan kita selalu lezat dan disukai seluruh keluarga. Dan itu adalah Cinta.
#RBLiterasiAsia
#NulisBareng
#BulanMaret
Komentar
Posting Komentar