Family Project : Allahu Rabbuna
Hari ke-2 Batasan Aurat
Sudah sejak tadi anak-anak ini berisik terus. Mereka telah beres mandi dan akan memakai pakaian. Ketika kakaknya sedang berusaha memakai pakaian, H yang masih pake handuk meledek " he he keliatan...he he keliatan...", katanya. Al marah "enggak...gak keliatan kan mi...icam nih...". Nanti gantian saat adiknya yang mau pakai, kakaknya ngintip dari belakang tempat tidur. "Icam keliatan...hehe keliatan...". Adiknya pun marah. Itu kejadian hampir tiap hari dan terus berulang.
"Udahlah Nak, eh umi mau nanya nih, mas Al tau gak kalau laki-laki itu auratnya itu darimana kemana sih?".
"Eum...ini". Katanya sambil pegang kemaluannya.
"Iya, tapi sebenernya yang gak boleh keliatan itu dari sini ... sampai sini", kata saya sambil memegang pusarnya, tangan saya memutar kebelakang kemudian kedepan lagi dan memegang lututnya. "Jadi sebenarnya boleh pake celana pendek dan gak pake baju...tapi malu ya, dan gak sopan ya...". Kata saya sambil ketawa.
"Hehe iya malu kalo ada orang lain, kalau sama umi enggak", kata Al.
"Kalau perempuan, auratnya seluruh badannya, ini...ini...ini...gak boleh keliatan". Kata saya sambil memegang rambut, tangan dan kaki".
"Oh, makanya umi selalu pake kerudung kan kali keluar". Kata Al.
"Kalau ada tamu juga umi pake kan". Lanjut Hisyam.
"Iya sayang ... Maa syaa Allah, pinter-pinter amat anak umi ini". Saya peluk dan cium mereka satu-satu. "Ayo kita nyanyi aurat gak boleh keliatan...". Ajak saya pada mereka. Tak menunngu dua kali, kamipun bernyanyi bersama.
"Aurat gak boleh keliatan, aurat gak boleh keliatan, aurat gak boleh keliatan...tan tan tan tan tuuuuut...". Kami bernyanyi dan tertawa.
Bagaimana keseruannya, teman-teman bisa mendengarkannya di sini.
Sebenarnya tentang aurat ini mereka sudah saya ajarkan, bahkan dengan nyanyian. Sejak anak-anak mulai sekolah, setiap memandikan mereka selalu saya bilang mana-mana saja bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain, kecuali sama umi atau abi ketika bantuin mandiin.
Setelah sounding terus menerus, sekarang secara berkala sayapun sering bertanya, khawatir mereka terlupa.
"Al, H, mana yang gak boleh dipegang orang?"
"Mimi, mulut, sama pan***". Jawab mereka bersautan.
"Pinter...kalau ada yang pegang-pegang gimana?" Tanya saya lagi, evaluasi.
"Teriak, marah, lari". Kata Al.
"Kasih tau teacher dan Umi Abi". H menimpali.
"Good boy , umi doain semoga semua anak-anak umi selalu dijauhkan dari segala macam kejahatan dan kejelekan, aamiin".
Catatan Hari Ini
Al Sudah mulai mengerti bahasan aurat. Al bahkan sudah tidak mau memakai celana pendek meski di dalam rumah. Tapi hari ini saya lupa menghubungkan antara kasih sayang Allah dengan aturan menutup aurat ini. In syaa Allah kedepan diperdalam lagi.
Hisyam sudah mengenal batasan aurat. Itu terlihat bahkan sejak dulu saat dia masih pake diapers, harus selalu ditempat tertutup jika ingin memakai atau membukanya. Hanya saja masih sering ledek-ledekan sama kakaknya tentang aurat ini. Mungkin sebaiknya ke depan saya benar-benar menjaga agar mereka benar-benar terpisah saat mandi dan memakai pakaian. Jadi tantangan tersendiri buat saya karena mereka seperti anak kembar yang harus melakukan semua bersama-sama.
#KelasBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam
Hari ke-2 Batasan Aurat
Sudah sejak tadi anak-anak ini berisik terus. Mereka telah beres mandi dan akan memakai pakaian. Ketika kakaknya sedang berusaha memakai pakaian, H yang masih pake handuk meledek " he he keliatan...he he keliatan...", katanya. Al marah "enggak...gak keliatan kan mi...icam nih...". Nanti gantian saat adiknya yang mau pakai, kakaknya ngintip dari belakang tempat tidur. "Icam keliatan...hehe keliatan...". Adiknya pun marah. Itu kejadian hampir tiap hari dan terus berulang.
"Udahlah Nak, eh umi mau nanya nih, mas Al tau gak kalau laki-laki itu auratnya itu darimana kemana sih?".
"Eum...ini". Katanya sambil pegang kemaluannya.
"Iya, tapi sebenernya yang gak boleh keliatan itu dari sini ... sampai sini", kata saya sambil memegang pusarnya, tangan saya memutar kebelakang kemudian kedepan lagi dan memegang lututnya. "Jadi sebenarnya boleh pake celana pendek dan gak pake baju...tapi malu ya, dan gak sopan ya...". Kata saya sambil ketawa.
"Hehe iya malu kalo ada orang lain, kalau sama umi enggak", kata Al.
"Kalau perempuan, auratnya seluruh badannya, ini...ini...ini...gak boleh keliatan". Kata saya sambil memegang rambut, tangan dan kaki".
"Oh, makanya umi selalu pake kerudung kan kali keluar". Kata Al.
"Kalau ada tamu juga umi pake kan". Lanjut Hisyam.
"Iya sayang ... Maa syaa Allah, pinter-pinter amat anak umi ini". Saya peluk dan cium mereka satu-satu. "Ayo kita nyanyi aurat gak boleh keliatan...". Ajak saya pada mereka. Tak menunngu dua kali, kamipun bernyanyi bersama.
"Aurat gak boleh keliatan, aurat gak boleh keliatan, aurat gak boleh keliatan...tan tan tan tan tuuuuut...". Kami bernyanyi dan tertawa.
Bagaimana keseruannya, teman-teman bisa mendengarkannya di sini.
Sebenarnya tentang aurat ini mereka sudah saya ajarkan, bahkan dengan nyanyian. Sejak anak-anak mulai sekolah, setiap memandikan mereka selalu saya bilang mana-mana saja bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain, kecuali sama umi atau abi ketika bantuin mandiin.
Setelah sounding terus menerus, sekarang secara berkala sayapun sering bertanya, khawatir mereka terlupa.
"Al, H, mana yang gak boleh dipegang orang?"
"Mimi, mulut, sama pan***". Jawab mereka bersautan.
"Pinter...kalau ada yang pegang-pegang gimana?" Tanya saya lagi, evaluasi.
"Teriak, marah, lari". Kata Al.
"Kasih tau teacher dan Umi Abi". H menimpali.
"Good boy , umi doain semoga semua anak-anak umi selalu dijauhkan dari segala macam kejahatan dan kejelekan, aamiin".
Catatan Hari Ini
Al Sudah mulai mengerti bahasan aurat. Al bahkan sudah tidak mau memakai celana pendek meski di dalam rumah. Tapi hari ini saya lupa menghubungkan antara kasih sayang Allah dengan aturan menutup aurat ini. In syaa Allah kedepan diperdalam lagi.
Hisyam sudah mengenal batasan aurat. Itu terlihat bahkan sejak dulu saat dia masih pake diapers, harus selalu ditempat tertutup jika ingin memakai atau membukanya. Hanya saja masih sering ledek-ledekan sama kakaknya tentang aurat ini. Mungkin sebaiknya ke depan saya benar-benar menjaga agar mereka benar-benar terpisah saat mandi dan memakai pakaian. Jadi tantangan tersendiri buat saya karena mereka seperti anak kembar yang harus melakukan semua bersama-sama.
#KelasBundaSayang
#GameLevel3
#FamilyProject
#MyFamilyMyTeam
Komentar
Posting Komentar